[Movie Review] Cloverfield - Bagaimana Jadinya Jika Sebuah Film Tentang Penyerangan Monster Dilihat dari Perspektif Orang Biasa?

Foto: Paramount Pictures
Skor IMDb: 7,0/10
Tomatometer: 77%
Audience Score: 68%
Penayangan: 20 Februari 2008 (Indonesia)
Sutradara: Matt Reeves
Studio: Paramount Pictures
Durasi: 1 Jam 25 Men.
Genre: Action, Horror, Sci-Fi.
Rating: R(13+) Remaja

Cloverfield menceritakan tentang petuaangan lima orang warga New York dari perspektif sebuah kamera video genggam. Seluruh kisah film ini mengambil isi dari DV Tape yang ada dalam kamera tersebut yang menunjukkan potongan-potongan video yang sebelumnya telah direkam.


Kisah dari film ini dimulai saat Jason Hawkins (Mike Vogel), Lily Ford (Jessica Lucas) dan Hudson 'Hud' Platt (T.J. Miller) beserta temannya-temannya mengadakan pesta perpisahan untuk Rob Hawkins (Michael Stahl-David), yang akan meninggalkan New Yourk untuk pergi dan bekerja di Jepang. Namun, di saat pesta tengah beralngsung, guncangan serta ledakan keras terjadi, yang mana bersamaan itu pula muncul suatu makhluk raksasa tak dikenal yang mulai mengamuk, melemparkan kepala patung Liberty ke jalanan New York. Orang-orangpun mulai panik akan hal ini, tak terkecuali mereka Rob beserta teman-temannya, namun di tengah proses evakuasi, Rob berubah haluan, ia yang mendapatkan kabar tak mengenakkan harus menyelematkan cinta sejatinya yang sedang terjebak dalam kekacauan ini. Maka dimulailah petualangan mereka menyusuri jalan-jalan New York, menghadapao berbagai situasi yang amat sangat mencekam.

Cerita dan Alur

Salah satu scene yang menarik bagi kami

Ide dari cerita film ini sebenarnya dapat dikatakan cukup segar. Seperti judul di atas, karena jarang ada film yang menceritakan tentang penyerangan monster yang dilihat dari sudut pandang orang awam, kebanyakan pasti berasal dari tokoh Protagonist yang akan mengalahkan sang monster tersebut. Maka dari itu bisa dibilang ini adalag sebuah ide yang amat sangat baik. Dan berkat ide tersebut, genre horror yang dibawakan film ini juga menjadi lebih terasa. Suasana mencekam yang dirasakan tiap karakter terasa benar-benar nyata, membuat kami sebagai penonton sedikit terpaku akan ini. Dan ketegangan ini tadi-pun bukan hanya terjadi dalam satu atau dua bagian, namun sejak serangan awal dalam cerita hingga film ini berakhir saking hebatnya sang sutradara dalam mengolah cerita.

Cast dan Karakter

Untuk cast sendiri tidak ada masalah sebenarnya, malah untuk pemilihan karakter Hawkins bersaudara sangat tepat. Mereka berdua terlihat sama hingga membuat kami sendiri agak pangling jika mereka benar-benar bersaudara di dunia nyata.

Sang Kakak
Sang Adik


Lanjut untuk penokohan karakter. Meski pengambilan perspektif hanya lewat satu buah kamera, namun bukan berarti latar belakang tiap karakternya tertinggal tak diceritakan di dalamnya. Cerita mereka dimaksimalkan dengan baik entah itu lewat beberapa potongan video dan obrolan ataupun interaksi antar tokoh-tokoh yang ada. Yah meski tang terakhir dalam beberapa bagian tampak seperti dipaksakan.

Sinematografi

Dengan mengambil sudut pandang kamera tadi, bisa dibilang berhasil memaksimalkan ide cerita menjadi jauh lebih baik lagi. Tidak nyaman di mata memang. Sedikit agak menyakitkan, kurang sempurna, berantakan. Namun jika dibandingkan dengan video-video rekaman amatir bisa dibilang film ini cukup baik untuk itu.

Visual Effect

Terlihat kurang sempurna di sini visual effectnya
Kurang sempurnanya visual effect menjadi kekurangan dari sekian banyaknya hal yang menarik dalam film ini. CGI-nya terlihat kurang nyata dan hanya membuat mata sakit karena kemiripannya dengan animasi 3D biasa. Bahkan jika dilihat, hampir tidak ada kengerian pada makhluk ini, namun untungnya hal ini sedikit tertutupi dengan ketegangan cerita.




Sound Editing

Mengingat film ini berbentuk seperti sebuah video amatir, maka tentunya BGM ataupun segala macam yang banyak kita temui di film pada umumnya tidak akan kita jumpai di sini. Namun dengan begitu, unsur-unsur suara lain terlihat lebih maksimal. Suasana mencekam, suara keramaian dan kericuhan akibat penyerangan ini benar-benar terpadu dengan baik bersama cerita yang ada.

Kesimpulan

Setelah kalian menonton film jangan lupa pula bahwa ternyata film ini masih memiliki kelanjutannya, yakni 10 Cloverfield Lane. Meski memang hubungan antar kedua film ini tidak secara gamblang dinyatakan dalam ceritanya, namun telah dipastikan kedua film ini masuk kedalam satu semesta (red: universe) yang sama.

Baiklah, berikut penilain kami untuk 'Cloverfield': Cerita dan alur (8.0), penokohan karakter (7.8), sinematografi (8.2), visual effect (6.8) dan sound editing (7.8). Dengan begitu rata-rata yang didapatkannya adalah sebesar 7.7. Dengan begitu film ini masuk kedalam rekomendasi kami. Ketegangannya benar-benar memuaskan.

Cloverfield (7.7) 
⭐⭐⭐

(Bekaa/100518) 

Comments